MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA II
SIMPLE
MODEL FOR VLE EQUILIBRIUM
Anggota Kelompok :
1. Merlin Rumawi (181910401011)
2. Bimo Bayu Aji (181910401016)
3. M. Abdul Aziz Fajar (181910401045)
4. Navisa Ayudia Putri (181910401046)
5. Bisma Indra Nugraha (181910401070)
PROGRAM STUDI REKAYASA/TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
Oktober, 2019
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah termodinamika
teknik kimia tepat pada waktunya.
Penyusunan
makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka
selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya
penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Jember,
14 Oktober 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesetimbangan
merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi lagi perubahan sifat makroskopis
dari sistem terhadap waktu. Data kesetimbangan uap cair merupakan data yang
sangat diperlukan pada perancangan dan pengoperasian termodinamika. Keadaan
setimbang sebenarnya tidak pernah tercapai pada material tersebut dengan waktu.
Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbangan mengakibatkan semakin
kecilnya gaya penggerak proses dan semakin kecil pula laju proses. Semakin
kecilnya laju proses membuat ahkirnya sama dengan 0 bila titik kesetimbangan
sudah tercapai. Titik kesetimbanganhanya bisa tercapai secara teoritis dalam
waktu yang tak terhingga. Kesetimbangan uap-cair dapat ditentukan ketika ada
variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan
model ini, kecepatan antara molekul-molekul campuran yangmembentuk fase uap
sama dengan kecepatan molekul-molekulnya membentukcairan kembali. Praktek
didalam pekerjaan ilmiah, suatu kesetimbangan dianggap tercapai bila tidak ada
lagi perubahan sifat/keadaan seperti yang ditunjukkan oleh praktek sama dengan
sifat yang dihitung berdasarkan metoda yang menggunakan anggapan kesetimbangan.
Penerapan termodinamika pada kesetimbangan uap cair
ditujukan untuk menentukan temperature, tekanan dan komposisi fasa dalam
kesetimbangan dengan perhitungan. Dua model yang paling sederhana adalah hokum
raoult dan hokum henry. Hukum raoult memiliki dua asumsi, asumsi yang pertama
adalah hokum raoult dapat diterapkan untuk tekanan rendah sampai menengah,
sedangkan asumsi yang kedua adalah penerapan ini memiliki perkiraan validasi
hanya ketika komponen yang menyusun sistem sama secara kimia. Hukum henry
menyatakan bahwa tekanan parsial spesies dalam fasa uap adalah perbandingan
langsung terhadap mol fraksi cairannya.
1.2 Tujuan
1 Mengetahui Hukum Raoult pada pesamaan kesetimbangan uap
cair (VLE) sederhana.
2 Mengetahui Hukum
Henry pada pesamaan kesetimbangan uap cair (VLE) sederhana.
BAB II
METODE
2.1
Proses
Metode penulisan yang dipakai dalam
penyusunan makalah ini adalah studi literatur. Studi literatur adalah usaha
yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan yang mana
relevan dengan topik masalah yang sedang diteliti. Studi literatur adalah
teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literarur-literatur, jurnal-jurnal, laporan-laporan yang mempunyai hubungan
dengan masalah yang ingin dipecahkan. Informasi diperoleh dari buku, jurnal,
dan laporan penelitian.
2.2
Prosedur Kerja
1. Mengumpulkan sumber-sumber kepustakaan.
2. Menbaca sumber-sumber kepustakaan yang diperoleh.
3. Mencatat point penting dari sumber yang relevan dengan
topic pembahasan.
4. Membuat makalah dengan bahan dari sumber pustaka.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Kesetimbangan
Kesetimbangan
adalah suatu keadaan dimana suatu sistem tidak terjadi perubahan sifat makroskopis
seiring berjalannya waktu. Keadaan setimbang sebenarnya tidak pernah tercapai
untuk material tertentu terhadap waktu. Gaya penggerak proses akan semakin
kecil pada saat keadaan sistem semakin dekat dengan titik kesetimbangan. Titik
kesetimbangan akan tercapai saat laju
proses semakin kecil sampai akhirnya mendekati 0. Titik kesetimbangan hanya
tercapai secara teoritis.
Kesetimbangan
uap-cair dapat dicari seperti kesetimbangan pada umumnya, yaitu saat ada suatu
variable yang tetap (konstan) pada waktu tertentu. Kecepatan molekul-molekul
campuran yang membentuk fase uap pada kesetimbangan ini sama dengan kecepatan
molekul-molekulnya saat membentuk cairan kembali.
3.2
Hukum Raoult
Raoult
adalah warga Negara Perancis yang merupakan seorang alhi kimia. Ia mengamati
bahwa pada larutan ideal fraksi mol komponen (XA) yang menguap dalam
larutan pada suhu yang sama sebanding dengan perbandingan antara tekanan uap
salah satu komponennya (PA/PAo) dalam keadaan
seimbang antara larutan dan uapnya (Widjajanti, 2007). Tekana uap A (PA) suatu larutan yang terdiri
atas komponen A dan B dinyatakan sebagai :
PA = PAo . XA
keterangan :
PA =
tekanan uap diatas larutan
PAo =
tekanan uap A murni
XA =
fraksi mol A
Larutan ideal adalah larutan yang memenuhi hukum ini,
maka tekanan uap total (P) dirumuskan sebagai berikut :
P = PA + PB
= PAo . XA + PBo . XB
3.3 Perhitungan Dewpoint
Dew point adalah suhu dimana suatu campuran pertama kali mengalami
pengembunan atau membentuk droplet/butiran
cairan. Fraksi mol di fase cair pada kondisi ini adalah sama dengan 1. Dew
point mempunyai 2 buah perhitungan yaitu :
·
Dewpoint Pressure
·
Dewpoint Temperature
3.4 Perhitungan Bubble Point
Bubble point adalah suhu dimana suatu campuran pertama kali menguap
atau terbentuk sebuah gelembung uap dipermukaan cairan. Fraksi mol di fase uap
pada kondisi ini adalah sama dengan 1. Bubble point mempunyai 2 buah perhitungan yaitu :
·
Bubble Point Pressure
·
Bubble Point
Temperature
3.5 Hukum Henry
Hukum Henry
menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A) di atas larutan sebanding
dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan. Hukum Henry digunakan untuk
spesies yang suhu kritisnya kurang dari suhu aplikasi, dimana Hukum Raoult tidak dapat diterapkan. Hukum Henry dapat dituliskan :
keterangan :
PA = tekanan
parsial A
XA = fraksi
mol A
H = konstanta hukun Henry
Nilai constanta hukum Henry berubah terhadap perubahan
temperature.
Kurva hubungan tekanan parsial terhadap temperatur,
menunjukkan bahwa kurva tekanan parsial di tiap-tiap komponen menjadi lurus
pada ujung kurva, dimana komponen dalam larutan tersebut sedikit. Melalui
penggunaan hukum Henry pada perubahan temperatur yang kecil, sehingga konstanta
hukum Henry masih dianggap konstan, maka perubahan tekanan parsial tehadap
fraksi mol pada ujung kurva tersebut dapat dianggap mengikuti hukun Henry
secara tepat.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1 Kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana suatu sistem
tidak terjadi perubahan sifat makroskopis seiring berjalannya waktu.
2 Hukum Raoult menyatakan bahwa pada larutan ideal fraksi
mol komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama
sebanding dengan perbandingan antara tekanan uap salah satu komponennya (PA/PAo)
dalam keadaan seimbang antara larutan dan uapnya.
3 Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A)
di atas larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan.
4.2
Saran
Saran
untuk pembaca makalah kami ini tidak menyajikan materi yang lengkap. Materi
perlu ditinjau dari berbagai referensi lain agar hasil studi lebih valid.
Pengkajian perlu ditambahkan referensi dan dibandingkan dari berbagai referensi
untuk menghasilkan kajian yang kongkret.
DAFTAR PUSTAKA
Widjajanti, E. (2007) ‘Sifat Larutan Biner Non Elektrolit’,
pp. 1–6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar