TEKNOLOGI BAHAN MAKANAN DAN PANGAN FUNGSIONAL
SUSU PASTEURISASI
Disusun oleh :
Bimo Bayu Aji (181910401016)
PROGRAM STUDI REKAYASA/TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
Oktober, 2019
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Makalah Susu
Pasteurisasi ini pada waktu yang
telah ditentukan. Terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Teknologi Bahan Makanan dan Fungsional yang telah memberikan tugas ini. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan
tugas bagi mahasiswa yang tengah mempelajari mata kuliah Teknologi Bahan Makanan dan Fungsional, khususnya mahasiswa S1 Rekayasa/Teknik Kimia Universitas Jember.
Ucapan
terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak
luput dari kekurangan. Oleh karenanya kritik dan saran penyusun harapkan
sebagai langkah perbaikan kedepannya.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jember, 30
September 2018
Penyusun
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu adalah
bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat
tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena risiko
osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang menjadi kuat, diperlukan asupan
zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium merupakan zat utama yang
diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini antara lain dapat
diperoleh dari susu (Ide, 2008).
Sejalan dengan
peradaban manusia dan perkembangan teknologi modern, manusia menemukan cara
perlakuan dan praktik pengolahan terhadap susu, sehingga menghasilkan ragam
produk susu yang tersedia di pasar bagi penduduk diseluruh dunia. Dengan adanya
pengolahan (processing)
terhadap susu, maka produk susu yang dihasilkan dapat disimpan lebih lama
sebelum dikonsumsi, memungkinkan bagi konsumen menyesuaikan pembelian produk
susu dengan fungsi kebutuhan, kegunaan, dan seleranya. Setiap produk susu
memiliki daya simpan (shelf
life) yang berbeda,
sedangkan daya simpan produk susu dipengaruhi terutama oleh kualitas bahan baku susu (raw milk) yang digunakan
(Haris Budiyanto, 2009).
Susu
pasteurisasi atau dikenal dengan istilah pasteurized milk adalah produk susu yang diperoleh dari
hasil pemanasan susu pada suhu minimum 161 °F selama minimum 15
detik, segera dikemas pada kondisi yang bersih dan terjaga sanitasinya.
Beberapa bakteri akan bertahan pada suhu pasteurisasi, dalam jumlah yang sedikit,
namun mereka dipertimbangkan tidak berbahaya dan tidak akan merusak susu selama
kondisi pendinginan yang normal. Proses pasteurisasi adalah proses pemanasan susu segar untuk
membunuh jasad-jasad renik yang dapat membahayakan kesehatan. Seperti
diketahui, Kuman penyakit TBC dan Thypus dapat juga berasal dari susu. Karena
pasteurisasi juga dapat membunuh sebagian jasad renik pembusuk yang
memperpendek daya simpan susu, maka susu yang sudah dipasteurisasi relatif
lebih awet dari pada susu segar. Mengenai nilai gizinya, relatif sama dengan
susu segar (Haris Budiyanto, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Susu Pasteurisasi ?
2.
Bagaimana daya simpan Susu
Pasteurisasi?
3.
Faktor apa saja yang mempengaruhi daya
simpan Susu Pasteurisasi?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang
Susu Pasteurisasi
2.
Untuk mengetahui daya simpan dari Susu
Pasteurisasi
3.
Untuk mengetahui faktor apa yang
mempengaruhi daya simpan Susu Pasteurisasi?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Susu Pasteurisasi
Sejarah pengolahan susu dalam peradaban
manusia, dimulai pada Tahun 1900-an,
saat itu terjadi peristiwa dan penemuan bahwa susu dapat menyebarkan tuberculosis,
scarlet fever, dan diphtheria kepada manusia; terhadap ancaman penyebaran penyakit
ini dan insiden wabah penularan melalui susu, maka kesadaran timbul untuk menjaga
dan meningkatkan sanitasi dalam pemeliharaan, pemerahan, dan penanganan produksi
susu, selain itu pula dengan adanya peristiwa tersebut telah menjadi momentum penting,
yakni dimulainya proses pasteurisasi pada susu. Hasilnya terbukti bahwa
peningkatan sanitasi pada kegiatan produksi susu dan proses pasteurisasi susu, sejak
saat itu peristiwa wabah penyakit yang ditularkan melalui susu dapat berkurang secara
drastis.
saat itu terjadi peristiwa dan penemuan bahwa susu dapat menyebarkan tuberculosis,
scarlet fever, dan diphtheria kepada manusia; terhadap ancaman penyebaran penyakit
ini dan insiden wabah penularan melalui susu, maka kesadaran timbul untuk menjaga
dan meningkatkan sanitasi dalam pemeliharaan, pemerahan, dan penanganan produksi
susu, selain itu pula dengan adanya peristiwa tersebut telah menjadi momentum penting,
yakni dimulainya proses pasteurisasi pada susu. Hasilnya terbukti bahwa
peningkatan sanitasi pada kegiatan produksi susu dan proses pasteurisasi susu, sejak
saat itu peristiwa wabah penyakit yang ditularkan melalui susu dapat berkurang secara
drastis.
Pengolahan susu memiliki 3 (tiga) tujuan
utama, yakni : membunuh bakteri pathogen melalui
pasteurisasi; menjaga kualitas produk tanpa kehilangan atau
penurunan nyata pada flavor, bentuk, kandungan fisik dan nutrisi; dan mengendalikan
secara selektif pertumbuhan organisma yang menghasilkan produk/materi/substansi
tidak dikehendaki. Sehingga pabrik pengolahan susu menjalankan
prosedur pengolahan secara efektif yang ditujukan untuk mencegah kontaminasi
bakteri pada bahan baku susu; mengurangi jumlah bakteri di dalam susu; dan
menjaga atau melindungi finished product dari potensi rekontaminasi melalui penanganan
yang cermat, pengemasan yang memadai, dan penyimpanan yang sesuai. Susu
pasteurisasi atau dikenal dengan istilah pasteurized milk
adalah produk susu yang diperoleh dari hasil pemanasan susu pada suhu minimum 161
°F selama minimum 15 detik, segera dikemas pada kondisi yang bersih dan terjaga sanitasinya.
Beberapa bakteri akan bertahan pada suhu pasteurisasi, dalam jumlah yang sedikit,
namun mereka dipertimbangkan tidak berbahaya dan tidak akan merusak susu selama
kondisi pendinginan yang normal.
2.2
Daya Simpan Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi yang dihasilkan dan
dipasarkan sangat beragam, dengan perbedaan jenis
pasteurisasi yang dilakukannya, pengemasan, dan penyimpanannya, terlebih
juga produsen di Indonesia, yang menyertakan atau menambahkan flavor (aroma
dan rasa) ke dalam produk susu pasteurisasi yang dihasilkannya. Pada tabel berikut ini disajikan perbandingan jenis
pasteurisasi dengan perbedaan daya simpannya.
Tabel
2.1 Perbandingan jenis Pasteurisasi dengan perbedaan daya simpan
Sumber
|
Jenis
Pasteurisas
|
Daya Simpan
|
Keterangan
|
||
Boor (2001)
|
HTST
|
14 hari
(disimpan dalam lemari es) |
Daya simpan
dibatasi oleh
pertumbuhan bakteri psychrotrophic, perubahan aroma (off-flavors) disebabkan pertumbuhan jumla |
||
Douglas dkk.
(2000)
|
Digunakan
suhu
yang lebih tinggi dari HTST (78°C,16-30 detik) |
15 – 25 hari
(disimpan dalam lemari es). |
Dillakukan
oleh industri
pengolahan susu dengan teknologi pengisian dan kemasan, membunuh lebih banyak mikroba,dan mengurangi kontaminasi. |
||
Fromm dan
Boor (2004)
|
Setelah hari
ke – 17, pada
penyimpanan di lemari es, bakteri gram-positif pembentuk spora ditemukan, bakteri ini penyebab utama pencemaran pada susu. |
||||
www.foodsafetysite.com
|
Ultrapasteurization
280° F (138° C), selama 2 detik (tanpa kemasan hermatis) |
60-90 hari
(disimpan dalam lemari es). |
Dengan
pertimbangan kemasan
yang digunakan umumnya kurang kuat, maka produk susu pasteurisasi ini harus segera didinginkan selama penyimpanan. |
||
Ultra-High
Temperature (UHT) Pasteurization 280°- 302°F (138°- 150°C), selama 1-2 detik |
90 hari
(tanpa
disimpan dalam lemari es). |
Produk susu
ini umumnya
dikemas dalam keadaan steril, dengan kemasan berlapis hermatis, dapat disimpan tanpa pendinginan selama penyimpanan. |
Dalam industri persusuan internasional
saat ini, pembahasan tentang pentingnya kualitas susu
terutama berdasarkan jumlah bakteri (total
plate count disingkat TPC) dan jumlah sel somatic (somatic cell count disingkat SCC) pada
bahan baku susu merupakan topik yang aktual bagi produsen susu,
karena keduanya merupakan factor yang menentukan
kemampuan berapa lama produk susu yang dihasilkannya dapat disimpan
selama proses distribusi dan pemasaran, hingga akhirnya dikonsumsi oleh pelanggan.
Pemeriksaan dan pengendalian terhadap TPC dan SCC pada bahan baku susu
semakin intensif dilakukan oleh produsen susu, terutama bagi produsen susu yang beroperasi
pada pasar produk susu internasional, produsen susu (Australia, Amerika Serikat,
dan Eropa) berharap dapat memasuki pasar susu di negera-negara berkembang, dengan
keunggulan kualitas produk susu yang dihasilkannya, selain kandungan nutrisi dan
aspek daya simpannya. Standar kualitas bahan baku
susu berdasarkan TPC dan SCC harus dijadikan landasan kepentingan perlindungan
kesehatan publik, bukan hanya semata untuk memaksimasi kepentingan produsen
produk susu dengan memperpanjang daya simpannya.
2.3 Faktor yang mempengaruhi daya simpan Susu
Pasteurisasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
diperlukan tanggungjawab produsen susu pasteurisasi untuk
menjamin bahwa daya simpan yang dicantumkan pada produknya dapat
diteliti secara seksama, berdasarkan TPC dan jumlah Bacillus cereus, disesuaikan dengan suhu
penyimpanan yang disarankan kepada para konsumennya. Dalam hal ini, tampak pada
kurva prediksi bahwa pada suhu penyimpanan yang tidak sesuai (9 °C
dan di atasnya), maka pencemaran susu pasteurisasi
akan banyak disebabkan oleh Bacillus
cereus. Namun bukan berarti penyimpanan di bawah 9 °C akan
tetap aman, bakteri lainnya yang bersifat psychrotrophic
akan menjadi penyebab kerusakan dan keracunan pada susu. Dalam
hal ini, penulis menilai bahwa pemeriksaan dan penyortiran bahan baku susu
berdasarkan TPC menjadi faktor penting untuk menghasilkan susu pasteurisasi yang
berkualitas baik dan memiliki daya simpan yang cukup lama. Sebagaimana dimaklumi
bahwa pengendalian TPC yang terkandung pada susu segar dalam negeri masih
menjadi persoalan yang pelik, batas jumlah mikroba 3 juta per ml saja masih
sulit dicapai, lebih berat lagi bila dihadapkan pada
standar yang berlaku secara internasional (1 juta per ml).
Sementara, kualitas susu segar di Australia, Amerika Serikat, dan Eropa,
mampu menekan jumlah miroba hingga kurang dari 200.000 per ml, dari bahan baku
susu segar yang berkualitas ini mereka mampu menghasilkan produk susu pasteurisasi
HTST yang berdaya simpan sampai 12 hari, dibandingkan dengan produk susu
pasteurisasi yang dihasilkan oleh unit pengolahan susu koperasi, daya simpannya berkisar
4-6 hari (pada suhu penyimpanan 4 °C).
Bagi industri pengolahan susu di
Indonesia, penggunaan teknologi UHT dan pemanfaatan susu
rekombinasi merupakan solusi yang dapat ditempuh saat ini untuk dapat
beroperasi dan mampu memasarkan produk susu pasteurisasi di pasar domestik, sehingga
pada satu sisi masih dapat menerima pasokan susu segar dalam negeri dan pada
sisi lain secara komersil masih dapat menghasilkan produk susu pasteurisasi (UHT)
yang berdaya simpan lebih lama (sampai 90 hari), dengan kemasan berlapis hermatis,
dapat disimpan tanpa pendinginan selama penyimpanan, sebagian berbentuk plain,
dan sebagian lain diberi flavor,
dalam hal ini flavor (seperti coklat
atau strawberi) yang ditambahkan dapat mengurangi atau menutupi
flavor gosong yang khas pada susu pasteurisasi
UHT. Salah satu produk susu cair prosuksi Industri Pengolahan Susu (IPS) di
Indonesia, yang menggunakan UHT sterilisasi (140 °C selama 4 detik), dengan kemasan
karton yang berlapis polyethylene plastic,
aluminum foil, dan kertas memberikan jaminan daya simpan hingga 10 bulan, pada
penyimpanan suhu kamar (tidak didinginkan), namun jika kemasan
sudah dibuka, masih layak untuk dikonsumsi dalam waktu 7
hari (pada suhu penyimpanan 4 °C).
Sementara upaya menekan TPC pada bahan
baku susu segar dalam negeri masih menjadi
persoalan yang pelik, masih ada faktor lainnya yang perlu diperhatikan untuk dapat
menghasilkan produk susu pasteurisasi yang berkualitas dan berdaya simpan yang lebih
lama, faktor itu adalah SCC. Produsen susu pasteurisasi
umumnya tidak cukup fokus untuk memperhitungkan SCC sebagai salah satu ukuran
untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkannya.
Kandungan SCC yang tinggi pada bahan baku susu segar dapat
menimbulkan kerusakan pada susu pasteurisasi, walaupun TPC rendah.
SCC yang tinggi menimbulkan peningkatan enzim protease yang
tahan panas (plasmin) dan lipase pada susu, enzim dimaksud akan menyebabkan
kerusakan pada protein dan lemak, selama proses penyimpanan susu pasteurisasi,
dan menhasilkan “off flavors”,
sehingga SCC menjadi faktor lainnya yang mengurangi daya
simpan, selain TPC. Secara umum SCC untuk standar internasional
(untuk bahan baku susu) dalam kisaran kurang dari 100.000 sel/ml
s.d. 300.000 sel/ml, sedangkan di Indonesia toleransi jumlah
sel radang maksimum 4 X 10 5/ml. Untuk mengatasi kecenderungan kandungan
SCC yang tinggi pada bahan baku susu ini dan pengaruhnya setelah pasteurisasi,
maka suhu penyimpanan yang tepat sangat perlu diperhatikan, agar daya simpan
produk susu pasteurisasi dapat dipertahankan relatif lebih lama.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Susu pasteurisasi atau dikenal dengan
istilah pasteurized milk adalah
produk susu yang diperoleh dari hasil pemanasan susu pada suhu minimum 161
°F selama minimum 15 detik, segera dikemas pada kondisi yang bersih dan terjaga
sanitasinya.
2.
Daya
simpan Susu Pasteurisasi bergantung pada suhu yang digunakan pada saat
pemanasan. Variasi suhu digunakan untuk mengetahui mikroba apa saja yang akan
mati dan bertahan pada saat pemanasan.
3.
Faktor
yang mempengaruhi daya simpan Susu Pasteurisasi adalah TPC dan SCC
3.2
Saran
Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diharapkan pembaca dapat mendapat ilmu
dan juga dapat memperbaiki dan mengembangkan makalah ini. Penulis berharap
pembaca dapat memahami dengan benar isi makalah dan dapat diterapkan pada
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto Haris. 2009.
Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan Kualitas Bahan Baku
Mutu Susu. Paradigma. Vol X. No. 2.
Hal: 198.
Ide, P. 2008. Healt
Secret Of Kefir. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar