Minggu, 20 Oktober 2019

Review Film Ender's Game (2013)


Review Film Ender’s Game



Tanggal Rilis   : 24 Oktober 2013
Genre              : Sci-fi
Durasi             : 114 menit
Sutradara        : Gavin Hood
Pemain            : Harrison Ford, Asa Butterfield, Hailee Steinfeld, Viola Davis, Abigail Breslin, Ben Kingsley

            Dahulu bumi pernah diserang oleh bangsa alien yang disebut Formic, tetapi penyerangan itu berhasil diselesaikan dengan pengorbanan seorang pilot pesawat tempur yang menabrakkan pesawatnya ke kapal induk Formic. Saat ini manusia berusaha untuk menghadapi potensi penyerangan dari bangsa Formic dengan membuat sebuah sekolah khusus untuk anak-anak cerdas dan berbakat di dalam bidang penyusunan strategi. Seorang anak bernama Ender Wiggin adalah salah satu anak yang direkrut langsung oleh kolonel Graff untuk bergabung dalam sekolah khusus tersebut. Anak-anak di sekolah tersebut dilatih secara khusus dan ketat untuk mencari seorang calon komandan dan pasukan yang nantinya akan dikirim untuk melawan penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Fromic.
            Di sekolah tersebut Ender mengalami banyak tantangan mulai dari pemimpin timnya yang keras dan murid sekolah lainnya yang ingin menghalangi jalan Ender untuk menjadi seorang pemimpin pasukan, Ender akhirnya menjadi murid yang unggul dari murid lainnya karena kecerdasan dan ketekunannya. Ender akhirnya ditunjuk sebagai pemimpin disalah satu tim, tim yang dipimpinnya berhasil mengalahkan dua tim lain dalam sebuah latihan. Tim Ender diberi kesempatan untuk melakukan beberapa simulasi peperangan melawan bangsa Formic, karena beberapa kali mengalami kegagalan Ender dan timnya diberikan kesempatan terakhir untuk melakukan simulasi. Simulasi terakhir yang dilakukan oleh Ender dan timnya membuahkan kemenangan, tetapi kemenangan itu membuat Ender merasa bersalah. Ender pergi ke sebuah planet untuk menebus rasa bersalahnya.
            Film ini menjadi untuk karena film ini berbeda dengan film lainnya yang mengambil setting lokasi di luar angkasa, film ini juga banyak menyajikan efek-efek special yang membuat beberapa adegan di film ini menjadi sangat menarik. Konflik di dalam film ini lebih cenderung ke dalam konflik batin tokoh utamanya yaitu Ender Wiggin. Meskipun film ini telah dirilis pada tahun 2013 tetapi film ini masih bias menjadi salah satu rekomendasi film bagi penikmat film yang berlatar belakang luar angkasa.

Minggu, 06 Oktober 2019

Pengawetan Makanan Dengan Radiasi Sinar Gamma


TEKNOLOGI BAHAN MAKANAN DAN PANGAN FUNGSIONAL
PENGAWETAN MAKANAN DENGAN RADIASI SINAR GAMMA



Disusun oleh :
Bimo Bayu Aji (181910401016)




PROGRAM STUDI REKAYASA/TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
September,2019



                                                              DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 2
2.1 Teknik Irradiasi........................................................................................................... 2
2.2 Sumber Irradiasi.......................................................................................................... 2
2.3 Dosis Radiasi................................................................................................................ 2
2.4 Dosis Serap................................................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI................................................................................................. 6
3.1 Pengujian Mikroba...................................................................................................... 6
3.2 Proses Penyinaran....................................................................................................... 6
3.3 Pengujian Sampel........................................................................................................ 6
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................. 8
BAB V PENUTUP............................................................................................................ 11
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12



KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan penyusunan makalah pengawetan bahan makanan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah saya upayakan semaksimal mungkin dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. 
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya. 


Jember, 29 September 2019


                                                                                                                      Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Makanan adalah bahan yang umumnya mudak mengalami kerusakan (perishable) karena kadar air pada makanan itu. Pengawetan makanan adalah salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan sifat fisik dan kimia dari makanan. Pengawetan makanan memiliki beberapa macam, yaitu pengawetan secara biologi, kimia, dan fisika. Pengawetan biologi adalah cara pengawetan makanan dengan melibatkan aktivitas mikroorgamisme untuk mengawetkan makanan, contohnya adalah fermentasi dan peragian. Pengawetan kimia adalah cara pengawetan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pengawet, contohnya pengasinan dan manisan. Pengawetan fisika adalah cara pengawetan tanpa melibatkan bahan kimia maupun mikroorganisme, contohnya adalah pengeringan dan pembekuan.
       Cara pengawetan yang digunakan bergantung pada jenis bahan makanan yang akan diawetkan. Cara pengawetan yang saat ini banyak digunakan adalah dengan menambahkan bahan kimia kedalam makanan, baik bahan kimia alami maupun buatan. Bahan pengawet buatan lebih sering digunakan karena lebih efektif dan murah. Bahan pengawet buatan yang terlalu sering dikonsumsi dapat menyebabkan efek yang kurang bagus bagi tubuh. Pengawetan makanan dengan memanfaatkan radiasi sinar gamma adalah salah satu cara pengawetan tanpa menggunakan bahan tambahan kedalam makanan.
1.2    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana proses pengawetan makanan dengan radiasi sinar gamma ?
2.    Bagaimana pengaruh jarak dan waktu radiasi terhadap jumlah mikroba dalam makanan ?
1.3    Tujuan
1.    Mengetahui proses pengawetan makanan dengan radiasi sinar gamma.
2.    Mengetahui pengaruh jarak dan waktu radiasi terhadap jumlah mikroba dalam makanan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Teknik Irradiasi
Irradiasi adalah proses aplikasi radiasi pada suatu sasaran seperti makanan. Menurut Henrique (2008), irradiasi adalah teknik pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno (1980), irradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber irradiasi buatan.
Jenis irradiasi yang aman digunakan untuk pengawetan makanan adalah elekrtomagnetik yaitu jenis radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilalui. Jenis radiasi ini sering disebut radiasi pengion, gelombang elektromagnetik γ adalah radiasi pengion yang sering digunakan (Henrique,2008).
2.2     Sumber Irradiasi
Dua jenis pengion yang umum digunakan dalam pengawetan makanan adalah sinar γ , yang dipancarkan oleh radionuklida Co-60 (Cobalt-60) dan Cs-137 (Cesium-137) dan berkas elektron dari partikel-partikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan yaitu makanan yang disinari suhunya tidak berubah atau tidak terjadi kenaikan suhu yang nyata suhunya sekitar 4oC. Perbedaan keduanya adalah pada daya tembusnya. Sinar gamma mengeluarkan energi sebesar 1 MeV untuk dapat menembus air dengan kedalamam 20-30 cm sedangkan berkas elektron dapat menembus air sedalam 3,5 cm dengan energy sebesar 10 MeV.                                                
2.3     Dosis Radiasi
Menurut Herman (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap kedalam material dan merupakan faktor utama pada irradiasi makanan sering kali untuk tiap jenis makanan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya menurut Winarno (1991), jika dosis berlebihan, makanan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Besarnya dosis radiasi yang dipakai dalam pengawetan makanan tergantung dari jenis bahan makanan dan tujuan irradiasi.


Tabel 1. Penerapan dosis dalam berbagai irradiasi pangan
Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis irradiasi secara tepat dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dosimetri-dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi menggunakan dosimetri (Bryun, 2002).
2.4     Dosis Serap
Dosis serap merupakan jumlah energi yang diserahkan radiasi atau banyaknya energi yang diserap oleh bahan permassa bahan itu jadi dosis serap merupakan banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium (Akhadi,2000). Secara matematis dosis serap dituliskan dalam rumus:

keterangan :
dE : Energi yang diserap oleh medium (J)

dm : Massa (Kg)
D : Dosis serap (J/Kg)
Turunan dosis serap terhadap waktu disebut laju dosis serap dan dirumuskan dengan persamaan:
keterangan:
Ď : Laju dosis serap (Gy/s-1)
dD : Dosis Serap (J/Kg)
dt : Waktu pada saat penyerapan (s-1)
Dosis total radiasi
Suatu medium yang berada dalam suatu medan radiasi akan menerima dosis radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya penyinaran, semakin lama penyinaran, akan semakin besar dosis radiasi yang diterima, demikian sebaliknya secara matematis dosis total radiasi dirumuskan dengan persamaan :
keterangan:
D : Dosis akumulasi (Ci)
Ď : Laju dosis (Ci/jam)
t : Waktu (Jam)
Jarak radiasi
Jarak pada suatu radiasi berkaitan dengan fluks (ф) radiasi, fluks radiasi pada suatu titik akan berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tersebut dengan sumber radiasi. Untuk mengetahui pengaruh jarak terhadap fluks radiasi sumber yang memancarkan radiasi dengan jumlah pancaran S (radiasi/S). Fluks radiasi didefinisikan sebagai jumlah radiasi yang menembus luas permukaan masing-masing adalah:
Dimana:
Φ : Fluks radiasi (S/cm2)
S : Pancaran radiasi (Ci)
R : Jari-jari bola



BAB III
METODOLOGI
Bahan yang digunakan sebagai sample pada penelitian ini adalah bubuk cabai yang mudah didapatkan, namun belum diketahui apakah ada mikroba atau tidak dalam serbuk cabai tersebut.
3.1    Pengujian Mikroba
Sampel yang telah didapatkan kemudian diuji dengan menggunakan metode ALT (angka lempeng total) yang dilakukan di laboratorium Mikrobiologi. Sumber radiasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan nama radiasi pengion (sinar gamma (Co-60)) yang telah tersedia dilaboratorium.
3.2    Proses Penyinaran
Sebelum melakukan penyinaran dengan menggunakan sampel terlebih dahulu ditentukan latar belakangnya yaitu perhitungan tanpa ada sampel. Sinar gamma ditempatkan kearah yang terlindungi misalnya kearah dinding, selanjutnya dicacah dengan menggunakan detektor selama 15 menit, 60 menit dan 120 menit dengan jarak 25 cm, dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sampai dianggap stabil. Demikian pula pada jarak 45 cm. Setelah detektor dan sumber radiasi dianggap stabil, bungkus plastik kosong diletakkan diantara detektor dengan sumber radiasi kemudian disinari selama 15 menit, 60 menit dan 120 menit pada jarak 25 cm untuk mendapatkan hasil cacahan tanpa ada sampel, setiap bungkusan dilakukan pengulangan sampai 3 kali, demikian pula pada jarak 45 cm.
Setelah peralatan dianggap stabil sampel dimasukkan kedalam bungkusan plastik, kemudian disinari dengan menggunakan sinar gamma. Selama 15 menit, 60 menit, dan 120 menit pada jarak 25 cm, setiap sampel dilakukan pengulangan sampai 3 kali. Demikian pula pada jarak 45 cm pada perlakuan yang sama.
3.3    Pengujian Sampel
Pengambilan data untuk jarak penyinaran adalah dengan variasi jarak sumber radiasi dengan sampel yaitu pada jarak 25 cm, dan 45 cm. Data yang didapatkan dilihat pada hasil cacahan. Setiap sampel disinari selama 15 menit, 60 menit, dan 120 menit dan dicatat hasil cacahannya. Perhitungan mikroba dilakukan sebelum dan sesudah penyinaran, sebelum melakukan perhitungan mikroba dilakukan proses pengenceran. Pengenceran dilakukan

dengan menggunakan pipet volume steril, 1 gr serbuk cabai dimasukkan kedalam tabung reaksi steril yang berisi 9 ml aquades steril, lalu dikocok sampai homogen dan diberi tanda 10-1 diambil 1 ml sampel dari tabung pertama dan dimasukkan kedalam 9 ml aquades yang lain diberi tanda 10-2 dan dilakukan sampai didapatkan pengenceran 10-5.
Setelah dilakukan proses pengenceran selanjutnya dilakukan proses penanaman mikroba. Sebelum melakukan penanaman mikroba ruangan dan tempat penanamannya harus steril. Dari setiap pengenceran diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri serta dibuat duplo diantara lampu bunsen, selanjutnya ditambahkan media dan diratakan dengan membentuk angka 8 sampai media mengeras, diinkubasi pada suhu 25oC selama 24 jam dengan posisi terbalik. Perhitungan mikroba dilakukan setelah diinkubasi selama 24 jam, perhitungan mikroba dilakukan dengan cara menggunakan metode hitung cawan petri (plate cawan metode).



BAB IV
PEMBAHASAN
Data hasil perhitungan jumlah mikroba sebelum dan setelah penyinaran dengan variasi jarak dan waktu paparan radiasi disajikan dalam berntuk grafik. Grafik hasil perhitungan jumlah mikroba sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah mikroba terhadap variasi waktu dan jarak
Grafik diatas menunjukkan bahwa pada jarak 25 cm selama 15 menit waktu penyinaran jumlah mikroba yang terbunuh sebanyak 35 % dari jumlah mikroba sebelum penyinaran. Mikroba sebanyak 70% dari sebelum penyinaran terbunuh pada waktu penyinaran 60 menit untuk jarak yang, sedangkan dalam waktu 120 menit terbunuh jumlah mikroba sebanyak 90%. Sedangkan pada jarak 45 cm dari sumber jumlah mikroba yang terbunuh selama 15 menit waktu penyinaran yaitu hanya sekitar 6% dari sebelum penyinaran, untuk waktu penyinaran 60 menit terbunuh sekitar 29%, dan pada waktu penyinaran 120 menit terbunuh sebanyak 89%.
Jumlah mikroba yang terbunuh itu sangat tergantung dari jarak dan lamanya waktu penyinaran sehingga akan diperoleh fluks radiasi yang berkesesuaian dan juga laju dosis dan dosis serap yang sesuai untuk mengurangi jumlah mikroba pembusuk yang ada pada sampel

yang disinari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akhadi (2000), yang menyatakan bahwa dosis radiasi sebanding dengan lamanya penyinaran semakin lama penyinaran akan semakin besar dosis yang diterima.
Irradiasi yang dilakukan pada sampel ini menunjukkan telah terjadi pengurangan jumlah mikroba pembusuk secara signifikan pada saat sebelum dan sesudah pennyinaran sehingga metode irradiasi ini dapat menjadi salah satu alternatif proses pengawetan bahan makanan. Karena dengan terbebasnya sampel dari mikroba pembusuk maka masa simpan bahan makanan tersebut relatif lebih lama. Untuk menghasilkan sampel yang terbebas dari jamur atau bakteri pembusuk maka dapat disinari pada sampel makanan yang akan diawetkan. Begitu juga dengan pengamatan terhadap jumlah mikroba yang hilang setelah penyinaran dengan fluks, laju dosis dan dosis serap yang dihasilkan sumber pada jarak penyinaran 25 cm dan 45 cm dengan lama waktu penyinaran 15 menit. 60 menit dan 120 menit.
Gambar 4.2 Grafik hubungan dosis serap terhadap jumlah mikroba pada jarak 25 cm
Grafik diatas menunjukkan pada jarak 25 cm dengan sampel 1 gr dan dosis serap 27 μGy jumlah mikroba yang mati sangat sedikit yaitu dengan jumlah mikroba 3020 dari 4746 mikroba yang ada, ketika dosis radiasi ditingkatkan menjadi 108 μGy jumlah mikroba yang mati pun akan semakin meningkat yaitu sebesar 2138 dari 7308 mikroba, dan ketika dosis serap ditingkatkan lebih besar yaitu sekitar 216 μGy maka jumlah mikroba yang mati hampir semuanya yaitu 937 dari 9537 mikroba yang terdapat dalam serbuk cabai tersebut.

Gambar 4.3 Grafik hubungan dosis serap terhadap jumlah mikroba pada jarak 45 cm
Ketika jarak sampel dengan sumber radiasi menjadi 45 cm dosis serap yang diterima sampel akan semakin kecil yaitu sebesar 8.30 μGy maka jumlah mikroba yang matipun sebesar 5047 dari 5370 mikroba yang ada, dan ketika waktu penyinaran ditingkatkan maka dosis serap yang dihasilkan juga meningkat sebesar 33,21 μGy maka jumlah mikroba menjadi 2813 dari 4004 mikroba sebelum penyinaran, selanjutnya peningkatan waktu penyinaran menghasilkan laju dosis serap ditingkatkan menjadi 66,42 μGy maka jumlah mikroba yang mati sebanyak 126 dari 6836 mikroba yang ada. Hal ini disebabkan semakin dekat sampel dengan sumber radiasi akan semakin besar dosis serapan yang diterima sampel sehingga jumlah mikroba yang matipun semakin banyak. Begitu pula pada jarak 45 cm semakin jauh sampel dengan sumber radiasi akan semakin kecil dosis serap yang diterima sampel dan jumlah mikroba yang matipun semakin sedikit.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Metode irradiasi makanan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam system pengawetan makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian 1 gr sampel dengan jarak sampel terhadap sumber 25 cm yang disinari selama 15 menit, didapati mikroba yang terbunuh sebesar 35 %. Sedangkan untuk penyinaran selama 60 dan 120 menit, mikroba yang terbunuh masing-masing 70 % dan 90 %. Untuk pengujian dengan jarak sampel terhadap sumber 45 cm dan lama penyinaran 15, 60, dan 120 menit, mikroba yang terbunuh adalah masing-masing 6 %, 29 % dan 89 % dan didapati pengurangan jumlah mikroba 90% untuk penyinaran 120 menit pada jarak 25 cm. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan penggunaan Co-60 dalam kondisi aman dapat dipakai sebagai suatu teknik pengawetan makanan.



DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, M. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta. Rineka Cipta.
Bryun, I, et al. 2002. Dosimetery for Food Irradiation. International Atomic Energy Agency Technical Report Series no. 409
Henrique, J.S. et al. 2008. Effects of Gamma-Irradiation on Caprolactam Level from Multilayer PA-6films for Food Packaging: Development and Validation of a Gas Chromatographic Method. Radiation Physics and Chemistry, 77, 913– 917
Safitri, R. 2010. Kajian Pemanfaatan Radiasi Sinar Gamma ( Co-60 ) Pada Sistem Pengawetan Makanan. 13(2), 115–122.